Mbah Kromo bukanlah pemain baru. Selama dua tahun terakhir, di sela-sela waktu senggangnya setelah melaut, ia belajar memahami seluk-beluk Mahjong Wins 3 dengan kesabaran layaknya menunggu ikan masuk jaring. "Saya belajar pelan-pelan, seperti ketika pertama kali diajari ayah saya cara membaca ombak," kenangnya dengan suara parau. Ia mencatat setiap pola yang ia temui di buku tulis bekas, dengan tulisan tangan yang sudah tidak stabil namun penuh ketekunan.

Malam keberuntungan itu bermula seperti biasa. Setelah shalat Isya, Mbah Kromo duduk di beranda gubuknya yang menghadap langsung ke laut. Angin malam berembus sepoi-sepoi, membawa aroma air laut yang asin. Putaran demi putaran ia lakukan dengan tenang, tidak terburu-buru, persis seperti ketika ia menjala ikan di laut lepas. "Saya percaya, segala sesuatu butuh waktu yang tepat," ujarnya penuh kebijaksanaan.

Dan waktu yang tepat itu datang di putaran ke-33. Tiga simbol scatter emas muncul berjejer, diikuti dengan cahaya terang yang memancar dari layar ponsel tuanya. "Saya kira ponselnya mau rusak," katanya sambil tersenyum mengenang. Lima belas putaran gratis berikutnya bagaikan gelombang keberuntungan yang datang menyapu segala kesulitan hidupnya.

Momen Ketika Semua Berubah

Ketika multiplier mencapai x82 dan angka Rp 82.228.822 terpampang di layar, Mbah Kromo tidak serta-merta bersorak girang. Ia justru terdiam, memandangi angka tersebut dengan mata berkaca-kaca. "Selama ini, uang sebanyak itu hanya saya lihat dalam mimpi," bisiknya lirih. Tangannya yang biasanya kuat menarik jaring ikan, kini gemetar memegang ponsel sederhana itu.

Proses withdraw ia lakukan dengan hati-hati, seperti ketika ia merawat perahu dan jaringnya. Setiap langkah ia perhatikan dengan saksama, takut ada yang terlewat. Ketika notifikasi transfer masuk, air mata tak terbendung lagi mengalir di pipinya yang keriput. "Ini jawaban dari semua doa saya," ucapnya sambil menengadahkan tangan ke langit.

Yang membuat momen ini begitu mengharukan adalah sikap Mbah Kromo yang tetap rendah hati. Meski telah menjadi "jutawan dadakan", ia bangun esok paginya seperti biasa, membersihkan perahu dan merapikan jaring. "Rezeki ini adalah titipan yang harus saya syukuri, bukan untuk membuat saya berhenti bekerja," tegasnya.

"Laut telah mengajarkan saya tentang kesabaran. Kadang kita harus menunggu berhari-hari untuk dapat ikan besar, tapi percayalah, ikan besar itu pasti akan datang pada waktunya." — Mbah Kromo, sambil memandangi laut yang telah memberinya kehidupan.

Bagaimana Keberuntungan Ini Mengubah Hidupnya

Dengan bijaksana, Mbah Kromo mengalokasikan dana kemenangannya untuk hal-hal yang benar-benar penting. Pertama, ia membeli perahu baru yang lebih aman untuk melaut. "Perahu saya yang lama sudah bocor di banyak tempat, berbahaya untuk melaut jauh," ujarnya. Kedua, ia membiayai pendidikan cucu-cucunya hingga ke perguruan tinggi. "Saya tidak ingin cucu-cucu saya seperti saya, hanya jadi nelayan karena tidak ada biaya sekolah," tambahnya dengan haru.

Yang paling menyentuh, Mbah Kromo menyisihkan sebagian dana untuk membantu sesama nelayan tua di desanya. "Banyak teman-teman saya yang sudah tidak kuat melaut lagi, tetapi terpaksa terus melaut karena tidak punya pilihan," ujarnya. Ia membentuk semacam dana sosial untuk membantu para nelayan senior yang sudah tidak mampu bekerja lagi.

Meski hidupnya sudah berubah, Mbah Kromo tetap memilih untuk tinggal di gubuk kayunya yang sederhana. "Di sinilah hati saya tenang," katanya. Yang berubah hanyalah atap gubuknya yang sudah tidak bocor lagi, dan ada listrik yang cukup untuk penerangan di malam hari.

Pelajaran Hidup dari Seorang Nelayan Tua

Kisah Mbah Kromo mengajarkan kita tentang arti kesabaran yang sebenarnya. "Dalam hidup, seperti halnya di laut, kita tidak bisa memaksa alam. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersiap dan menunggu dengan sabar," nasihatnya. Prinsip inilah yang ia terapkan dalam bermain—tidak pernah terburu-buru, tidak pernah serakah, dan selalu bersyukur dengan hasil apa pun yang didapat.

Ia juga mengajarkan tentang pentingnya tidak pernah menyerah karena usia. "Banyak orang bilang saya sudah tua untuk belajar hal baru. Tapi saya percaya, selama masih ada nafas, masih ada kesempatan untuk belajar," ujarnya dengan mata berbinar. Di usianya yang ke-68, ia membuktikan bahwa teknologi bukanlah hal yang menakutkan jika dipelajari dengan ketekunan.

Terakhir, Mbah Kromo mengingatkan kita tentang pentingnya berbagi. "Rezeki yang baik adalah rezeki yang bisa dirasakan oleh orang lain," pesannya. Inilah yang membuat keberuntungannya menjadi berkah yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitarnya.

Inspirasi bagi Generasi Muda

Kisah Mbah Kromo dengan cepat menyebar di desanya dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda. Banyak pemuda yang sebelumnya meremehkan profesi nelayan, kini mulai melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda. "Mbah Kromo membuktikan bahwa nelayan pun bisa sukses dan modern," ujar salah satu pemuda desa.

Yang lebih membanggakan, Mbah Kromo kini sering diundang untuk berbagi pengalaman di sekolah-sekolah dan pertemuan pemuda. "Saya ingin anak-anak muda tidak cepat menyerah dan selalu punya harapan," katanya. Ia juga mengajarkan pentingnya melestarikan laut dan tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan.

Bagi Mbah Kromo, kesuksesan finansial ini hanyalah bonus dari kehidupan yang telah ia jalani dengan penuh ketekunan. "Yang lebih penting dari uang adalah bagaimana kita menjalani hidup dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain," pesannya untuk generasi muda.

Penutup: Harapan di Balik Senja

Di senja hari, Mbah Kromo masih bisa ditemukan duduk di beranda gubuknya, memandangi laut yang tak pernah berhenti bergerak. Bedanya kini, ada senyum tenang yang tak pernah lepas dari bibirnya. "Saya bersyukur bukan karena dapat uang banyak, tapi karena masih diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan di usia senja," ujarnya.

Kisahnya mengajarkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk meraih mimpi, dan bahwa keberuntungan bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, asalkan kita tidak pernah berhenti berharap dan berusaha. Mungkin di suatu tempat, ada Mbah Kromo-Mbah Kromo lain yang sedang menanti giliran mereka untuk tersenyum.

Seperti kata Mbah Kromo: "Hidup ini seperti ombak—kadang pasang, kadang surut. Yang penting kita tetap mengapung dan tidak tenggelam."